Beragama dengan logika


Sering dapat email atau kiriman gambar yang isinya huruf arab tercetak di pohon, daun, lauhan, akik, pohon ruku ke barat dll ? Apa perasaanmu ? Bertambah iman atau biasa saja ?

Tetapi aku sendiri menganggap hal diatas itu hal yang biasa saja bukan hal aneh, lah wong aku tidak sensitif dalam hal itu. Aku sering terdorong untuk dapat menjelaskan kenapa pohon ruku, yang mungkin hanya karena mengejar sinar matahari, atau karena gerakan tanah sehingga pohonnya miring yg disebut dengan “creep” atau rayapan.


Lagipula aku berpikir Islam bukan sekedar huruf arab, harusnya Islam lebih dari itu. Toh Allah sudah ada sebulm ada arab kan ? Nabi Ibrahim ngga kenal kata Allah malahan. Wong dahulu dikenal sebagai YHWH, kalau ditulis dengan huruf saat ini.Kebetulan atau “by chance” itu sudah merupakan salah satu sunnatulah yg menjadi sebuah ilmu yang disebut ilmu statistik. Ilmu tentang peluang dipelajari tersendiri secara khusus, berkembang menjadi geostatistik dan dimanfaatkan menjadi salah satu cara mencari peluang kemungkinan gempa.

Walaupun aku sering menjelaskan dengan ilmu, begitu juga aku sering mengucap subhanalllah ketika aku mumeth, judegh mikirin kenapa bisa salah bikin perkiraan dan analisa,,lah iya kan mendingan mengucap yang bagus, dari pada misuh-misuh, karena dimarahin boss karena berbuat salah.

Yang cukup menggelitik tetang fenomena ketidak tahuan ini paling tidak ada beberapa seperti dibawah ini :
1. Yang pertama adalah ketika kita menjadikan benda-benda aneh tadi menjadi sebuah benda bertuah, atau benda jimat yang diperlakukan berbeda dengan benda-benda lain. Disitu seringkali justru mnurutku menjadikan makna taukhid (iman) bisa berubah atau terkontaminasi. Apalagi kalau sering ada orang yang berdoa didepan atau didekat barang-barang bertuah itu, bahkan seringjuga ada orang sholat didekat tempat atau benda”keramat” ini. Aku sendiri ngga tahu (ragu) apakah melakukan hal ini diperbolehkan dalam islam ? mnurutku sih ni ga bener, cmiiw (correct me if i am wrong).
2. Kedua. Apakah fenomena itu bukan hasil rekayasa atau rekacipta seseorang. Walaupun memang bisa saja diniatkan dengan bagus supaya orang lain mau bertambah imannya. Apalagi Islam menganut “segala sesuatu tergantung dari niatannya”, jadi berbohong demi niat baik itu hukumnya gimana. Skali lagi … disini aku tidak tahu (cmiiw). Disini ada ketidak jujuran untuk sebuah niat baik. Mana yang didahulukan?
Mungkin ada yang dapat menjelaskannya ?.
3. Nah salah satu lagi yang menggelitik aku selanjutnya adalah ketika fenomena ini sering mengundang perdebatan. Perdebatan pada awalnya sekedar berbeda … ya sekedar berdeba, ‘nothing more nothing less … just different‘. Namun perbedaan yang mengundang perdebatan juga bisa berkembang menjadi baik bisa juga buruk. Ada yang suka kebersamaan dengan segala persamaannya seperti seragamnya ketika kita sholat berjamaah, namun ada pula yang lebih suka perbedaan karena “berbeda itu karunia” … looh piye to iki ?

Lagi-lagi aku ngga tahu mana yang bener mana yang salah ….. karena bagiku bener salah bukan penilaian dariku … aku tidak suka menilai seperti guru, tapi aku lebih suka menjadi murid yang selalu belajar dan bertanya

Beragama dengan logika
Beragama dengan logika tentunya tidak sama dengan meng”agama”kan logika, juga jangan terus dianggap me”nuhan”kan logika …. ini namanya anggapan keblinger.

Penulis : myself ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Beragama dengan logika ini dipublish oleh myself pada hari 28 Okt 2009. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Beragama dengan logika
 

0 comments:

Posting Komentar