aku ingin engkau,,




Aku tak ingin engkau menjadi lilin..
Meski cahaya kecilnya indah
Tapi ia hanya ada ketika gelap gulita datang bersinggah

Tapi Aku ingin engkau menjadi mentari pagiku,,
Yang cahayanya selalu dinanti setiap pagi
Dan kehadirannya selalu disambut senyum oleh seluruh penghuni bumi

Aku tak ingin engkau menjadi lilin..
Ia memang datang untuk menerangi
Tapi ketika ia pergi tak ada yang menangisi

Tapi Aku ingin engkau menjadi mentari pagi,,
Ia tercipta untuk menerangi seluruh titik bumi
Tapi ketika ia pergi …
Semua menunggu ia datang kembali esok hari
Karena  jika ia tak kembali
Maka itu pertanda bahwa lautan harapan kehidupan
Sudah tak akan mungkin diraih lagi…

Aku tak mau engkau seperti lilin..
Ketika ia bercahaya
Ia hanya memberi sementara

Tapi aku ingin engkau seperti mentari
Yang cahayanya tak habis untuk memberi
Meski dinikmati seluruh makhluk di muka bumi…

Aku tak ingin engkau seperti lilin,,
Yang terkadang egois ketika menerangi dirinya sendiri
Hingga cahayanya padam dan meleleh tanpa sebuah arti

Tapi aku ingin engkau seperti mentari
Yang selalu mau berbagi
Meski  ia nanti juga pergi dan tak kembali untuk menerangi
Semua akan mengingatnya sebagai ciptaan terindah sang Illahi.
 

katakan padaku,,




Katakan kepada hidupku,,tentang cinta yang menyatukan langit dan bumi. Saat jiwa kau pagari dengan kesucian. Maka tak kan ada ruang bagi budak-budak cinta akan memasukinya. Maka hidupku adalah jiwa yang mabuk dan terpesona dengan pijar di matamu. Padahal sinar matamu teruntuk jalan bila gelap, dan untuk cahaya di antara hati dan mimpi. Akulah yang melihatmu dalam pijar langit dan bumi. Yang mengajariku bahwa cinta adalah kenyataan yang memenuhi keduanya.

Dan jika mimpi telah beranjak, siapakah yang menemukan kemuliaanya kembali di tanah ini ? Mimpilah yang mengajarkan hidup tentang kehalusan, dan jiwa yang penuh kasih. Katakanlah kepadaku, duhai,,yang memijarkan kalbuku adalah jiwamu. Lalu mengapakah aku seperti budak-budak kesunyian kerena rasa cinta kepadamu.

Adakah hidup yang mencintai adalah kebencian di langit, karena telah ku pijak sang bumi dengan rindu-rindu hatiku kepadamu. Katakanlah, wahai,,tentang cinta yang menyatukan langit dan bumi. Di saat langit mengenggam jiwamu, aku juga memburu nafasmu. Biarkan aku berpacu dengan jalan, waktu, dan takdir. Dan janganlah bulan menjauhiku jika malam aku melukismu. Bumilah tempat kasih jiwa tumbuh, dan langit adalah pucuk-pucuknya.

Kasih dengarlah jika langit telah menghujamiku cerca, ia berkata, “ pergilah kepada kesunyian dan hati yang tersiksa, di jalan-jalan bumi cinta menyengsarakan hati, dan menjauhkan segala mimpi.

Cintakah yang melibatkan hidup di dalam penantian, pada hari-hari yang tidak pernah pasti. Tentang keburamannya yang menebar tak terarah. Menghapus cahaya dan jiwapun sirna. Atau cintakah yang melarikan mimpi-mimpi ke dalam belenggu sunyi, yang memenjarakan kalbu. Maka katakanlah kepada hidupku, bahwa cinta mengajarkan jiwa tanah-tanah bumi yang indah yang bila sedang bernyanyi di bawah langit yang menaungi dengan keberkahannya.

Sebutlah,  kasih ..  tentang cinta yang membangkitkan kasih di negeri-negeri tandus, lalu negeri itu di penuhi anugerah karena cinta membuatnya subur dalam jiwanya. Karena kasih sayang adalah ladang yang paling indah. Atau ucapkanlah pada bebatuan yang mengkristal di kematianku jiwaku ini, bahwa kedatanganmu adalah api yang mencairkan kesunyian dan membelah kebekuan menjadi butir-butir kesadaranku akan hidupku.

Maka simaklah apa yang diucapkannya saat ku pandang langit dari atas negeri ini, “ tembuslah sejauh cakrawala untuk bisa meraih sang cinta, atau jika engkau telah mengarungi semua kematian. “

Yah, cinta adalah kematian sekaligus kehidupan.

Kematiannya seperti para pemabuk yang tidak sadarkan diri, berjalan dalam sunyi malam, mengigau di lorong-lorong kota, menjeritkan ketidaktahuan dan kegelisahan. Cinta yang membunuh kesadaran, merampas jiwa menjadi budak-budak cintanya, membelenggunya. Menjadikan jiwa-jiwa putus asa, membenci kehidupan, mendendam kepada senyuman yang tersungging di bibir pagi.

Cinta adalah kuburan bagi kenangan, yang diziarahi tangis dan mimpi, yang selalu ditaburi doa-doa sunyi, di saat jiwa meratapi dunia yang merebut janji sang kekasih. Cinta adalah saat-saat buta, karena tidak dapat melihat selain wajah keinginan, dan menatap kerinduan bagai alam yang teramat jauh, yang tidak akan terjangkau selamanya meski hidup telah melakukan segalanya.

Sedang hidupnya cinta seperti jiwa yang berfijar, laksana suluh yang membangunkan tidur yang beku karena waktu senantiasa melelapkan lembah-lembah, dialah fijar yang membidik titik kebangkitan bagi kehidupan yang telah diselubungi aroma kematian di kalbunya.

Cinta seperti pijar yang keluar dari keluhuran semesta, menjadikan cahaya wajah begitu indah pada senyum bahagianya, lidahnya yang melantunkan puji-puji, tangannya yang melukis kenyataan, jiwanya yang menulis kebenaran, dan hidupnya mengusir kematian segala makna.

Cinta adalah pijar di kegelapan dan kehampaan, saat para jiwa terduduk lesu terperangkap. Yang menembus ke dalam naluri dan menerangi sisi yang sunyi, mengajarinya melihat hidupnya langit, dan menghangatkannya dengan menghidupkan kasih.

Maka dimanakah kehidupan cinta, yang bisa melindungiku dari kesedihan. Atau bisa menghindarkaku dari sunyi yang membunuh. Ucapkanlah, hai kekasih ..  Dari lidah jiwamu, tentang cinta yang menyatukan langit dan bumi. Agar ada jalan bagi bayanganku yang menjejaki bumi dapat melayang tinggi di sekitar langit, bersama bayangmu yang menghiasi mimpi-mimpi.
 

untukmu,,



Merayu...
Tak ingin begitu
Meskipun kamu berpikir seperti itu
Hanya ingin dekat denganmu
Mengurai tawa mengukir senyum malu
Mengukir bahagia dalam hatimu

Menggoda,,
Ingatlah bukan aku, pastinya
Bedakan aku dengan pria penggoda
Aku hanya sebagaimana adanya
Tak bisa menutupi fakta
Benar adanya tentang rasa

Gombal,,
Sedikit bisa tapi jarang gagal
Untukmu tentu berhasil, kesal
Jujur adanya bukan gombal
Pikirmu tidak, berbeda total

Melihatmu,,
Sangat ingin bertemu
Walau dirimu mungkin tidak
Lihatlah aku selalu berangan tentangmu
Bukan merayu, menggoda, apalagi gombal gilak

Ketahuilah ini
Tak bercanda, aku ingini kamu disini
Disini…disisi…tanpa jarak berarti,,

image source