'Sang Aku”




Kenapa harus ada “Sang Aku” dalam diriku dan semua orang …

Yang selalu menuntut milikku, kehormatanku, kebahagiaanku..aku..aku…

Yang selalu ingin dianggap benar, sempurna, dan berhak atas semua kebahagiaan

Yang sulit mengakui kenyataan pahit, proses, perubahan, dualitas…

Aku..

Yang terlalu angkuh mengakui semua itu

Yang terlalu hina mengakui “itu salahku”

Menyalahkan semua di sekitarku atas semua itu …

Berbuat segala cara memenuhi agitasi murahan “sang aku”…

Aku …

Tahu akan kenyataan itu …

Tahu akan kebenaran itu …

Tapi sombong dibalik penderitaan …

Angkuh mengakui kebenaran …

Berusaha melakukan pembenaran …


Engkau tidak pernah memiliki sesuatu Engkau hanya
memegangnya sebentar. Kalau engkau tidak dapat
melepaskannya, engkau terbelenggu olehnya.

Apa saja hartamu harta itu harus kaupegang dengan tanganmu
seperti engkau menggenggam air.

Genggamlah erat-erat dan harta itu lepas.

Akulah itu sebagai milikmu dan engkau mencemarkannya
Lepaskanlah dan semua itu menjadi milikmu selama-lamanya.

 

....................




Jika kamu memancing ikan....
Setelah ikan itu terlekat di mata kail, hendaklah kamu mengambil ikan itu....
Janganlah sesekali kamu melepaskannya kembali ke dalam air begitu saja....
Karena ia akan sakit oleh karena ketajaman mata kailmu dan mungkin ia akan menderita selagi ia masih hidup.

Begitulah juga setelah kamu memberi banyak pengharapan kepada seseorang...
Setelah ia mulai menyayangimu, hendaklah kamu menjaga hatinya....
Janganlah sesekali kamu meninggalkannya begitu saja....
Karena dia akan terluka oleh kenangan bersamamu dan mungkin tidak akan dapat melupakan segalanya selagi dia mengingatmu. ...

Jika kamu menadah air, biarlah mendapat sedapatnya, jangan terlalu mengharap pada kedalaman lengkungannya dan
janganlah menganggap wadah itu begitu kokoh....
cukuplah menadah sesuai kebutuhanmu. ...
Apabila wadah itu sekali retak.... tentu sukar bagi kamu untuk menambalnya kembali menjadi seperti semula....
Akhirnya kamu akan membuangnya. ...
Sedangkan jika kamu mencoba memperbaikinya. ..
mungkin kamu masih dapat mempergunakannya lagi....

Begitu juga jika kamu memiliki seseorang, terimalah seadanya....
Janganlah kamu terlalu mengaguminya dan janganlah kamu menganggapnya begitu stimewa....
Anggaplah dia manusia biasa....
Bila tidak, apabila sekali dia melakukan kesilapan, tidak mudah bagi kamu untuk menerimanya. ...
akhirnya kamu akan kecewa dan meninggalkannya.
Sedangkan jika kamu memaafkannya, boleh jadi hubungan kamu akan terus hingga ke akhir hayat....

Jika kamu telah memiliki sepiring nasi...
punyamu pastilah yang terbaik untuk dirimu.
Mengenyangkan dan berkhasiat. Mengapa kamu lengah, mencoba mencari makanan yang lain..
Terlalu ingin mengejar kelezatan. Kelak, nasi itu akan basi dan kamu tidak boleh memakannya.
Dan kamu akan menyesal.

Begitu juga jika kamu telah bertemu dengan seorang kekasih.....
kekasihmu itu pasti membawa kebaikan kepada dirimu.
Menyayangimu dan mengasihimu. ..
Mengapa kamu berlengah, mencoba membandingkannya dengan yang lain.
Terlalu mengejar kesempurnaan.
Kelak, kamu akan kehilangannya apabila dia menjadi milik orang lain
Dan kamu juga yang akan menyesal.
 

mungkin,,,



Waktu yang tersirap begitu cepat,seolah berlari hingga sampai dibatas aku harus memunggungimu dan kembali berjalan pergi.

Masih begitu nyata ketika tatapanmu yang kuacuhkan terus menerus menatapku lekat,seolah ingin memaksakan hatimu mengikatku erat.

Sudahlah,…kataku ketika itu,mencintaiku hanya akan menggoreskan luka mendalam di ruanganmu saja.

betapa akan ada banyak kesakitan yang kau rasakan,dan tak relaku menjadi penyebab luka-luka di hatimu yang sebegitu mencintaiku.

Katamu dimataku nyata tersimpan bayanganmu,aku menolak untuk menjadi ‘kita’ diatas dasar ketidak mungkinan. Aku lelah melakukan perjalanan yang ujungnya sebuah kata ‘mungkin’

Mungkin kita akan bersama jika langit berkenan menyatukan kita di bawah atapnya, atau mungkin waktu bersama-sama menjadi teman kita hingga ujungnya.

Mungkin aku akan menjadi pemilik mutlak dirimu, memilikimu hingga ke tulang dan sumsummu… menyentuh wajah dan rambutmu yang baru terjaga dari tidurmu yang lelap.

mungkin,…ya,mungkin saja… karena mungkin juga cintaku tidak ada padamu !

 

karena aku mencintainya…



Rasa yang tumbuh dengan tanpa paksaan,dengan tanpa alasan,,,mengalir seperti air,indah seperti senja dan lembut laksana awan di langit yang melayang perlahan.

cinta,,,
memberi mimpi,memberi asa…
membangkitkan semua khayal dan menembus dinding2 kepatutan, menghilangkan semua perbedaan, menyatu dalam satu rasa,cinta,,,
yang tidak pernah bisa diartikan,didefinisikan…hanya bisa diRASAkan oleh hati yang tengah di belai cinta.

Wanita,,,
Dia,,
adakah yang pernah begitu kenal dan memahami hati wanita ???
bahkan wanita itu sendiri pun tidak tahu dan tidak mengerti apa yang dia inginkan.

wanita,cinta,mimpi,cemburu,,,adalah satu paket,tidak bisa di pisahkan satu sama lain…
hati wanita begitu hangat tapi juga penuh rahasia,penuh kejutan,pengharapan,dan ketegaran…
tak ada yang pernah bisa menebak dengan tepat hati dibalik keindahan sosok wanita.
ya,,dia begitu indah,,

Wanita,,,
Dia,,
aku pun terkadang tidak tahu apa yang ada dalam hati dan pikirannya,…
sungguh aku tidak tahu,,
apa yang dia inginkan dan apa yang dia rasakan,
tentangku,,

yang aku tahu hati wanita begitu luas…hingga bisa menyimpan segala rasa, cinta, kekuatan, kesedihan, impian, harapan, kehilangan, rasa sakit, rasa rindu, kasih sayang,,, kesendirian, berbagi hidup, pengorbanan, cemburu, juga dendam dan penghianatan…!

aku hanya berharap
rasa ini akan lebih banyak mengisi hati dan jiwaku…
cinta pada sesama, pada hidup, cinta pada cinta itu sendiri…!!!
karena aku mencintainya…

 

tentang uang (lagi)


Debt Based Money System

pada awalnya bahkan bangsa ini bahkan tidak punya hutang sama sekali... negara punya hak penuh untuk mencetak uang sendiri...(sampai disini uang bisa dicetak balance bahkan lebih kalau perlu dari total utang masyarakat dan utang disini tidak berbunga disini uang murni untuk menjalankan roda ekonomi masyarakat) sampai disini tidak ada masalah dan tidak merugikan..
begitu Indonesia dinyatakan merdeka, para pendiri republik baru ini, menetapkan BNI 1946 sebagai bank sentral, dan menerbitkan uang kertas pertamanya, yaitu ORI (Oeang Repoeblik Indonesia), dengan standar emas, setiap Rp 10 didukung dengan 2 gr emas. Ini artinya rupiah dijamin 1/5 gram emas per 1 rupiah.
Tapi, ketika Ir Soekarno dan Drs M Hatta menyatakan kemderdekaan RI, Pemerintah Kolonial Belanda tidak mengakuinya, apalagi menyerahkan kedaulatan republik baru ini. Belanda mengajukan beberapa syarat untuk dipenuhi, dan selama beberapa tahun terus mengganggu secara milter, dengan beberapa agresi KNIL. Akhirnya, sejarah menunjukkan pada kita, terjadilah perundingan itu, 1949, dengan nama Konferensi Meja Bundar (KMB).
Melalui Konferensi Meja Bundar (KMB), 1949, disepakatilah beberapa kondisi pokok agar RI dapat pengakuan Belanda.
  • Pertama, penghentian Bank Negara Indonesia (BNI) 1946 sebagai bank sentral republik, dan digantikan oleh N.V De Javasche Bank, sebuah perusahaan swasta milik beberapa pedagang Yahudi Belanda, yang berganti nama menjadi Bank Indonesia (BI).
  • Kedua, dengan lahirnya bank sentral baru itu pencetakan Oeang Republik Indonesia (ORI), sebagai salah satu wujud kedaulatan republik baru itu dihentikan, digantikan dengan Uang Bank Indonesia (direalisasikan sejak 1952).
  • Ketiga, bersamaan dengan itu, utang pemerintahan kolonial Hindia Belanda sebesar 4 miliar dolar AS kepada para bankir swasta itu tentunya - diambilalih dan menjadi "dosa bawaan" republik baru ini.

Kondisi ini berlangsung sampai pertengahan 1965, ketika Bung Karno menyadari kuku-kuku neokolonialisme yang semakin kuat mencenkeram bangsa muda ini. Maka, Agustus 1965, Bung Karno memutuskan menolak kehadiran lebih lama IMF dan Bank Dunia di Indonesia, bahkan menyatakan merdeka dari Perserikatan Bangsa Bangsa. Sebelumnya, antara 1963-1965, Presiden Soekarno telah menasionalisasi aset-aset perusahaan-perusahaan Inggris dan Malaysia, serta Amerika; sebagai kelanjutan dari pengambilalihan aset-aset perusahaan Belanda, pada masa 1957-1958.
Tapi Bung Karno harus membayar mahal tindakan politik penyelamatan bangsa Indonesia dari kuku neokolonialisme ini: Ir Soekarno harus enyah dari Republik ini, dan itu terjadi 1967, dengan naiknya Jenderal Soeharto sebagai Presiden RI ke-2. Dengan enyahnya Ir Soekarno, neokolonialsme bukan saja kembali, tetapi menjadi semakin kuat. Tindakan pertama Jenderal Soeharto, 1967, adalah mengundang kembali IMF dan Bank Dunia, dan kembali menundukkan diri sebagai anggota PBB.

Nekolonialisme Berlanjut

Berkuasanya Orde Baru, di bawah Jenderal Soeharto, menjadi alat kepanjangan neokolonilaisme melalui pemberian 'paket bantuan pembangunan'. Untuk dapat 'membangun', bagi bangsa-bangsa 'terbelakang, miskin dan bodoh, dalam definisi baru sebagai "Dunia Ketiga"' yang baru merdeka ini, tentu memerlukan uang. Maka disediakankan 'paket bantuan', termasuk sumbangan untuk mendidik segelintir elit, tepatnya mengindoktrinasi mereka, dengan 'ilmu ekonomi pembangunan', 'manajemen pemerintahan'; plus 'pinjaman lunak, bantuan pembangunan', lewat lembaga-lembaga keuangan internasional (dengan dua lokomotifnya yakni IMF, Bank Pembangunan/Bank Dunia).
Kepada segelintir elit baru ini diajarkanlah ekonomi neoklasik, dengan model pembiayaan melalui defisit-anggaran-nya, dengan teknik Repelita bersama mimpi-mimpi elusif Rostowian-nya (teori Tinggal Landas yang terkenal itu), sebagai legitimasi dan pembenaran bagi utang negara yang disulap menjadi 'proyek-proyek pembangunan' dan diwadahi dalam APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Untuk hal-hal teknis para teknokrat tersebut, kemudian 'didampingi' oleh para konsultan spesial, para economic hit men sebagaimana dipersaksikan oleh John Perkins itu. Semuanya, dilabel dengan nama indah, 'Kebijakan dan Perencanaan Publik'.

Maka, utang luar negeri Indonesia yang hanya 6.3 milyar dolar AS di akhir masa Soekarno (dengan 4 miliar dolar di antaranya adalah warisan Hindia Belanda tersebut di atas), ketika Orde Baru berakhir menjadi 54 milyar dolar AS (posisi Desember 1997). Lebih dari sepuluh tahun sesudah Soeharto lengser utang luar negeri kita pun semakin membengkak menjadi lebih dari 150 milyar dolar AS. Kita tahu, jatuhnya Jenderal Soeharto, adalah akibat "krisis moneter", yang disebabkan oleh kelakuan para bankir dan spekulan valas. Tetapi, rumus klasik dalam menyelesaikan "krisis moneter" adalah bail out, yang artinya pemerintah atas nama rakyat harus melunasi utang itu. Ironisnya, langkahnya adalah dengan cara mengambil utang baru, dari para bankir itu sendiri!

Dan, bayaran untuk itu semua, dari ironi menjadi tragedi, adalah republik ini kini sepenuhnya dikendalikan oleh para bankir. Melalui letter of intent seluruh kebijakan pemerintahan RI, tanpa kecuali, hanyalah menuruti semua yang ditetapkan oleh para bankir. Dua di antaranya yang terkait dengan bank sentral dan kebijakan uang adalah:

Mulai 1999, Bank Indonesia, yang semula adalah De Javasche Bank itu, telah sama sekali dilepaskan dari Republik Indonesia. Gubernur BI bukan lagi bagian dari Kabinet RI. Ia tidak lagi harus akuntabel kepada rakyat RI.
Mulai 2011 melalui UU Mata Uang (kalau disahkan) Bank Indonesia dilegalisir sebagai pemegang hak monopoli menerbitkan uang kertas di Indonesia. Dan bersamaan dengan ini dilakukan kriminalisasi atas pemakaian mata uang lain sebagai alat tukar di Republik Indonesia. Dengan kemungkinan pengecualian atas mata uang kertas tertentu, yang bisa kita duga maksudnya, tentu saja adalah dolar AS.